Kamis, 27 November 2014

Review : Pentas Besar 2 Kota : SURABAYA (Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya)

Hai sedulur.....
Kita bakalan mereview sedikit nih tentang Pentas Besar 2 Kota sesi pertama yang beberapa waktu lalu diselenggarakan di Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya.

Rombongan pertama yang terdiri dari beberapa Tim Produksi tiba lebih dulu di Surabaya, tepatnya hari Sabtu (22/11). Nah Rombongan pertama ini berangkat lebih dulu untuk mempersiapkan pentas yang diadakan Selasa (25/11), dan juga untuk sharing-sharing dengan tuan rumah tempat Pentas Besar 2 Kota ini digelar yaitu Teater Sabda UIN Sunan Ampel Surabaya. Baru pada hari Minggu (20/11) Rombongan kedua yang terdiri dari para pemain, penari, tim musik dan tim setting bertolak ke Surabaya menyusul rombongan pertama.

Tibalah pada hari Selasa (25/11) tepat pukul 19.00 ticket box dibuka, antusiasme masyarakat Surabaya sangat besar. Pentas Besar 2 Kota di Surabaya ini diawali dengan penampilan opening art  di luar Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya dari Teater Sabda yang menceritakan seputar kehidupan mahasiswa pada umumnya.

Setelah selesai opening art dari Teater Sabda, penonton mulai masuk ruangan dan di sambut dengan ramah oleh MC dari Laboratorium Seni Teater DeLIK, yang dilanjutkan dengan Pentas Tari Bajidor Kahot. Penampilan para penari Bajidor Kahot ini cukup memukau para penonton yang hadir. Setelah Pentas Tari Bajidor Kahot ini selesai sampailah pada puncak acara yaitu pementasan naskah "BAH" karya Putu Wijaya yang disutradarai oleh Rizal "Item" Bagus Prakoso.

Nih kita share beberapa dokumentasi dari Surabaya sedulur





Kamis, 20 November 2014

Online Streaming Radio Laboratorium Seni Teater DeLIK FH UNS : Radio Suara Koya

Seduluuuuurrrrrr....
Laboratorium Seni Teater DeLIK FH UNS lagi mengembangkan proyek online streaming radio Teater DeLIK lho

Buat yang mau dengerin bisa click Radio Teater DeLIK atau untuk Android / Iphone/ Blackberry bisa click DISINI

Untuk mengetahui Radio Teater DeLIK sedang on air atau tidak bisa lihat di timeline Twitter DeLIK FH UNS atau DeLIK FM:)

Banyak segmen menarik dengan penyiar dan admin asli anak Laboratorium Seni Teater DeLIK FH UNS lho sedulur

Jumat, 07 November 2014

Pentas Besar 2 Kota Surabaya-Solo 2014



Tanah menyimpan bukti nyata akan masa lalu baik perih, lara maupun bahagia.
Disana tersimpan cerita yang tak terkemuka dalam realita. Apa yang diketahui dengan apa yang sebenarnya terkadang berbeda.

Namun tanah tidak pernah ingkar akan bukti, disana mutlak nyata tempat cerita berada. Siapa saja bisa berkelit tapi waktu tak akan membiarkan selamanya. Ada waktu apa yang tersembunyi rapat akan mengemuka dan berakibat banyak peristiwa.

Maka tanah akan mulai bercerita, bercerita pada mereka yang peka dan bersiaplah menghadapi realita yg sebenarnya.

Laboratorium Seni Teater DeLIK Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta (FH UNS) dengan bangga mempersembahkan "PENTAS BESAR 2 KOTA" dengan pentas pertama yang akan berlangsung pada tanggal 25 November 2014 di Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya dengan harga tiket masuk Rp. 5000,- yang akan dibuka dengan opening art dari Teater Sabda UIN Sunan Ampel Surabaya dan dilanjutkan dengan pementasan Tari Bajidor Kahot yang akan ditampilkan oleh Mayang Pantai, Laksari C.O, Yustisi Yudhasmara, Nur Aini, dan Fitri Nuraini yang sekaligus juga sebagai koreografer pentas Tari Bajidor Kahot ini. Lalu dilanjutkan dengan pementasan Naskah "BAH" karya Putu Wijaya yang disutradarai oleh Rizal "Item" Bagus Prakoso dan dibantu oleh asisten sutradara Muslih. Pemain pentas ini sendiri terdiri dari 8 pemain yaitu Zaky "Seki" Baswendra, Fahrurrizal Bahri "Cepe", Rikho Wildan, Aan Efendhi, Azharia Putty Alamanda, Dhea Krissanta, Sasangka Bayu Aji, dan Dimas Al-hakim.

Selanjutnya pementasan yang kedua akan dilaksanakan di kota Solo tercinta pada tanggal 4 Desember 2014 di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) dengan harga tiket Rp. 8000,- dengan pementasan Naskah "BAH" dan Tari Bajidor Kahot.

Musik Pentas Besar 2 Kota kali ini digarap apik oleh David Ramadany selaku Koordinator Tim Musik yang akan didukung oleh timnya yang terdiri dari Kemas, Belfast, Kyan Santang, Alfian serta Inuk. Musik yang mereka mainkan akan menambah kenikmatan dan penghayatan penonton dalam menyaksikan pementasan naskah "BAH" ini. Suasana yang ingin disampaikan oleh sutradara akan dibangun sebaik mungkin oleh tim musik, dan ditambah dengan tata panggung dan properti yang digarap oleh Tim Setting yang dikoordinir oleh Fajar "Bodo" Ikhsan dan timnya yaitu M. Arif "Gombong", Rizky "Tokichi", Nano Rustanto, Fajar Koko, dan Kimeng. Sementara untuk Tata Lampu atau Lighting akan di-handle Oleh Lindri "Gethuk", Wicak, dan Baratha. Semua tim pementasan tersebut akan dikomandani oleh Arief Norman atau biasa dipanggil Adib sebagai Stage Manager.

Mau Dengerin Musik Karya DeLIK?

Buat sedulur semua yang mau mendengarkan kumpulan musik pentas-pentas Laboratorium Seni Teater DeLIK FH UNS bisa click link

Musik DeLIK


Atau click icon Soundcloud di Sosial Profiles pada halaman Home

Minggu, 02 November 2014

Materi : Tata Lampu (Lighting)

Salah satu unsur penting dalam pementasan teater adalah tata cahaya atau lighting. Lighting adalah penataan peralatan pencahayaan, dalam hal ini adalah untuk untuk menerangi panggung untuk mendukung sebuah pementasan. Sebab, tanpa adanya cahaya, maka pementasan tidak akan terlihat. Secara umum itulah fungsi dari tata cahaya. Dalam teater, lighting terbagi menjadi dua yaitu:

1. Lighting sebagai penerangan. Yaitu fungsi lighting yang hanya sebatas menerangi panggung beserta unsur-unsurnya serta pementasan dapat terlihat.
2. Lighting sebagai pencahayaan. Yaitu fungsi lighting sebagai unsur artisitik pementasan. Yang satu ini, bermanfaat untuk membentuk dan mendukung suasana sesuai dengan tuntutan naskah.

Unsur-unsur dalam Lighting

Dalam tata cahaya ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan, antara lain :

1. Tersedianya peralatan dan perlengkapan. Yaitu tersedianya cukup lampu, kabel, holder dan beberapa peralatan yang berhubungan dengan lighting dan listrik. Tidak ada standard yang pasti seberapa banyak perlengkapan tersebut, semuanya bergantung dari kebutuhan naskah yang akan dipentaskan.

2. Tata letak dan titik fokus. Tata letak adalah penempatan lampu sedangkan titik fokus adalah daerah jatuhnya cahaya. Pada umumnya, penempatan lampu dalam pementasan adalah di atas dan dari arah depan panggung, sehingga titik fokus tepat berada di daerah panggung. Dalam teorinya, sudut penempatan dan titk fokus yang paling efektif adalah 45 derajat di atas panggung. Namun semuanya itu sekali lagi bergantung dari kebutuhan naskah. Teori lain mengatakan idealnya, lighiting dalam sebuah pementasan (apapun jenis pementasan itu) tata cahaya harus menerangi setiap bagian dari panggung, yaitu dari arah depan, dan belakang, atas dan bawah, kiri dan kanan, serta bagian tengah.

3. Keseimbangan warna. Maksudnya adalah keserasian penggunaan warna cahaya yang dibutuhkan. Hal ini berarti, lightingman harus memiliki pengetahuan tentang warna.

4. Penguasaan alat dan perlengkapan. Artinya lightingman harus memiliki pemahaman mengenai sifat karakter cahaya dari perlengkapan tata cahaya. Tata cahaya sangat berhubungan dengan listrik, maka anda harus berhati-hati jika sedang bertugas menjadi light setter atau penata cahaya.

5. Pemahaman naskah. Artinya lightingman harus paham mengenai naskah yang akan dipentaskan. Selain itu, juga harus memahami maksud dan jalan pikiran sutradara sebagai ‘penguasa tertinggi’ dalam pementasan.

Dalam sebuah pementasan, semua orang memiliki peran yang sama pentingnya antara satu dengan lainnya. Jika salah satu bagian terganggu, maka akan mengganggu jalannya proses produksi secara keseluruhan. Begitu pula dengan “tukang tata cahaya’. Dia juga menjadi bagian penting selain sutradara dan aktor, disamping make up, stage manager, dan unsur lainnya. Dengan kata lain, lightingman juga harus memiliki disiplin yang sama dengan semua pendukung pementasan.

Dari paparan di atas, semuanya dapat dicapai dengan belajar mengenai tata cahaya dan unsur pendukung lainnya.

Istilah dalam Tata Cahaya

1. lampu: sumber cahaya, ada bermacam, macam tipe, seperti par 38, halogen, spot, follow light, focus light, dll.

2. holder: dudukan lampu.

3. kabel: penghantar listrik.

4. dimmer: piranti untuk mengatur intensitas cahaya.

5. main light: cahaya yang berfungsi untuk menerangi panggung secara keseluruhan.

6. foot light: lampu untuk menerangi bagian bawah panggung.

7. wing light: lampu untuk menerangi bagian sisi panggung.

8. front light: lampu untuk menerangi panggung dari arah depan.

9. back light: lampu untuk menerangi bagian belakang panggung, biasanya ditempatkan di panggung bagian belakang.

10. siluet light: lampu untuk membentuk siluet pada backdrop.

11. upper light: lampu untuk menerang bagian tengah panggung, biasanya ditempatkan tepat di atas panggung.

12. tools: peralatan pendukung tata cahaya, misalnya circuit breaker (sekring), tang, gunting, isolator, solder, palu, tespen, cutter, avometer, saklar, stopcontact, jumper, dll.

13. seri light, lampu yang diinstalasi secara seri atau sendiri-sendiri. (1 channel 1 lampu)

14. paralel light, lampu yang diinstalasi secara paralel (1 channel beberapa lampu).



Seperti yang telah di ungkapkan di atas, secara sederhana hal-hal tersebut adalah yang pada umumnya harus diketahui oleh 
-

2. holder: dudukan lampu.

3. kabel: penghantar listrik.

4. dimmer: piranti untuk mengatur intensitas cahaya.

5. main light: cahaya yang berfungsi untuk menerangi panggung secara keseluruhan.

6. foot light: lampu untuk menerangi bagian bawah panggung.

7. wing light: lampu untuk menerangi bagian sisi panggung.

8. front light: lampu untuk menerangi panggung dari arah depan.

9. back light: lampu untuk menerangi bagian belakang panggung, biasanya ditempatkan di panggung bagian belakang.

10. silouet light: lampu untuk membentuk siluet pada backdrop.

11. upper light: lampu untuk menerang bagian tengah panggung, biasanya ditempatkan tepat di atas panggung.

12. tools: peralatan pendukung tata cahaya, misalnya circuit breaker (sekring), tang, gunting, isolator, solder, palu, tespen, cutter, avometer, saklar, stopcontact, jumper, dll.

13. seri light, lampu yang diinstalasi secara seri atau sendiri-sendiri. (1 channel 1 lampu)

14. paralel light, lampu yang diinstalasi secara paralel (1 channel beberapa lampu).


Seperti yang telah di ungkapkan di atas, secara sederhana hal-hal tersebut adalah yang pada umumnya harus diketahui oleh lightingman, selanjutnya baik tidaknya tatacahaya bergantung pada pemahaman, pengalaman dan kreatifitas dari lightingman. Intinya, jika ingin menjadi ‘lightingman sejati’, Anda harus banyak belajar dan mencoba (trial and error).

ASAS-ASAS PENATAAN CAHAYA

Kursus ini meninjau cahaya dari segi teori dan manfaat mencahayakan suatu pementasan. Tumpuan diberikan terhadap hal-hal berikut:

• Fungsi dan kualitas cahaya

• Aspek reka bentuk dalam cahaya

• Asas elektrik; mengenali bentuk-bentuk seri dan paralel serta menggunakan undang-undang Ohm untuk menyelesaikan masalah tentang arus, rintangan, voltan dan tenaga.

• Aspek optik, yaitu aspek pantulan dan pembiasan cahaya di dalam berbagai permukaan jenis reflektor dan ciri-cirinya tentang pembiasan cahaya.

• Jenis dan fungsi lampu yang digunakan di dalam teater

• Kegunaan warna di dalam pementasan teori warna dan pengawalan warna

• Sistem pemalap [dimmer system] – manual dan memory

• Mencipta ‘light plot’ dan membentuk ‘lighting cues



10 TRIK APLIKASI WARNA

1. Aplikasi warna cerah pada salah satu elemen luar, misalnya untuk warna merah bata pada pagar, menjadi aksen untuk keseluruhan rumah.

2. Warna netral untuk fasad bangunan lebih baik, tapi jika ingin menggunakan wana cerah, aplikasikan hanya pada satu bidang.

3. Perpaduan warna cokelat dengan hijau dapat membuat atmosfer ruang menjadi lebih tenang.

4. Abu-abu muda serta hijau kecokelatan mampu menghadirkan kecerahan dalam ruangan.

5. Pada warna ruangan yang terlihat monoton, tambahkan cahaya buatan agar ruangan lebih “hidup”.

6. Warna-warna lembut dan cahaya buatan yang temaram dapat memberikan kehangatan dan keakraban suasana pada ruang keluarga dan kamar tidur.

7. Permainan dinding dengan warna natural akan membuat ruangan lebih luas.

8. Warna dinding natural yang berbeda-beda pada setiap ruang akan menciptakan suasana yang berbeda pula untuk masing-masing ruang tersebut.

9. Pagar merah bata, dinding abu-abu tua, dan dinding abu kecokelatan membuat tampilan rumah lebih dinamis.

10. Untuk menghilangkan kesan gelap di kamar mandi, gunakan keramik warna krem pada dinding dan putih pada lantai.

Unsur dekor juga memanfaatkan cahaya untuk membantu suasana tertentu. Misalnya, cahaya terang menyiratkan siang hari, atau cahaya berwarna biru menyiratkan suasana malam hari. 

Cahaya berwarna juga digunakan untuk memberi aksentuasi pada adegan atau tokoh tertentu.


Sumber : http://sangteja.blogspot.com/2009/10/lighting-tata-cahaya-pementasan.html?m=1

Pentingnya Bedah Naskah dalam Sebuah Proses Pementasan

Dalam proses sebuah pementasan teater diperlukan beberapa tahap persiapan. Bedah naskah merupakan kegiatan yang harus dilakukan setelah terjadi kesepakatan atas naskah drama yang hendak dipentaskan. Hal ini penting sekali agar segenap kerabat kerja pementasan memahami benar-benar segala sesuatu yang terdapat di dalam naskah drama, baik yang tersurat maupun yang tersirat.

Kata “bedah” di sini lebih mengacu pada pengertian apresiasi, pengkajian, pembahasan, maupun penelaahan. Adapun kata “naskah” dalam pembicaraan ini lebih mengacu pada naskah drama atau naskah lakon, yang merupakan salah satu jenis karya sastra. Karya ini ditulis dalam bentuk dialog yang kebanyakan berisi fenomena kehidupan manusia dengan segala konfliknya. Dengan demikian, “bedah naskah” dapat didefinisikan sebagai kegiatan mengapresiasi, mengkaji, membahas, atau menelaah segala unsur yang terdapat dalam naskah drama.

Seluruh kerabat pementasan melaksanakan kegiatan ini secara bersama-sama dengan dipandu oleh seorang sutradara. Dengan “membedah naskah” akan diperoleh gambaran mengenai kemungkinan-kemungkinan proses pementasannya. Setelah menempuh kegiatan ini diharapkan pada saat proses latihan dan kegiatan puncaknya berupa pementasan, para kerabat pementasan tidak mengalami kesulitan yang berarti.

Dalam kegiatan bedah naskah, ada beberapa kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh segenap kerabat pementasan selaku penafsir naskah, antara lain:

  1. Mencari nada dasar naskah; apakah tragedi, komedi, tragikomedi, drama tradisi, absurd, opera, dan sebagainya.
  2. Mencari kemungkinan apakah naskah tersebut dapat dipentaskan tanpa mengalami kesulitan.
  3. Menentukan kesesuaian antara tingkat kesulitan naskah dengan kemampuan kelompok, baik kualitas pemain, kelengkapan sarana dan prasarana, serta daya dukung lain yang dimiliki kelompok.
  4. Menentukan gaya dan teknik garapan yang sesuai dalam mementaskan naskah tersebut.
  5. Menetukan durasi waktu yang dibutuhkan dalam pementasan.
  6. Menentukan waktu yang digunakan dalam masa persiapan, latihan, hingga saat pementasan.
  7. Menentukan estimasi anggaran yang dibutuhkan, dan sebagainya.

Kedudukan dan Fungsi Naskah

Sekelompok orang yang akan membawakan sebuah naskah ke dalam bentuk pementasan, tentunya harus mengetahui segala sesuatu yang terdapat dalam naskah tersebut. Mereka harus paham bagaimana cerita yang akan dibawakannya; apa temanya, bagaimana alur ceritanya, bagaimana karakter tokoh-tokohnya, di mana setting ceritanya, property apa saja yang dibutuhkan, dan sebagainya. Setelah itu, barulah mereka mengikuti garis-garis yang telah ditetapkan oleh sutradara sebagai pengarah laku.

Dari ilustrasi tersebut, dapat diketahui bagaimana kedudukan naskah dalam suatu kegiatan pementasan. Naskah memiliki kedudukan sebagai sumber cerita yang harus ditafsirkan oleh para penafsir (kerabat pementasan) sebelum pementasan. Hasil penafsiran dari karya bentuk tertulis inilah yang nantinya diterjemahkan ke dalam penyajian secara lisan dan lakuan. Adapun fungsi naskah adalah untuk memberikan inspirasi kepada para penafsir agar mereka mampu menampilkan kreativitas kerja yang maksimal dalam proses pementasan.

Hubungan Naskah dengan Kerabat Pementasan

Sebagai sumber cerita yang akan diwujudkan dalam bentuk cerita panggung, naskah memiliki hubungan yang sangat erat dengan kerabat pementasan. Kerabat pementasan yang dimaksud di sini adalah sutradara, pemain, penata artistik, maupun produser atau panitia pementasan.

1.  Hubungan Naskah dengan Tim Produksi atau Panitia Pementasan

Sebuah naskah memiliki hubungan pula dengan tim produksi atau panitia pentas karena merekalah yang bertugas mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan keperluan pentas. Produser berperan sebagai penafsir yang memilih naskah-naskah mana yang dianggap baik untuk dipentaskan. Naskah-naskah tersebut kemudian diserahkan kepada sutradara. Di samping itu, untuk memperlancar jalannya kegiatan, produser bertugas pula mengurus segala fasilitas yang diperlukan, seperti tersedianya gedung pementasan yang memenuhi syarat, proses perizinan yang lancar, akomodasi yang diperlukan, bahkan bila memungkinkan menyediakan konsumsi bagi kerabat pementasan. Untuk dapat melaksanakan semua itu dengan baik, tentu saja diperlukan dana yang tidak sedikit. Karena itulah, produser harus pula kreatif dalam menggali sumber dana, baik dari kas kelompok, iuran sukarela, maupun mencari donatur dan sponsor. Dengan demikian, tugas produser di sini lebih bersifat administratif.

2.  Hubungan Naskah dengan Sutradara

Dalam kegiatan bedah naskah, sutradara dapat dikatakan sebagai penafsir utama yang kreatif. Namun demikian, kreatif yang dimaksud bukan berarti dapat seenaknya mengobrak-abrik naskah yang akan dipentaskan dengan selera sendiri. Kreativitas sutradara justru terletak pada kemampuannya dalam memadukan ide-ide cemerlang dengan ide-ide kerabat pementasan yang lain. Dengan pemahamannya yang lebih mengenai naskah, sutradara diharapkan mampu menerjemahkan segala sesuatu yang terdapat pada naskah kepada segenap kerabat pementasan, sehingga nantinya dapat menyajikan pementasan yang dapat melibatkan penoton dalam menikmati hasil garapannya
.

3.  Hubungan Naskah dengan Pemain

Hubungan naskah dengan pemain pada dasarnya hampir sama dengan hubungannya dengan sutradara. Hanya saja, kedudukan pemain masih tetap berada di bawah koordinasi sutradara dalam menafsirkan naskah. Tidaklah benar anggapan bahwa pemain hanya tinggal menurut apa kata sutradara saja. Pemain tetap mempunyai hak untuk menyampaikan hasil penafsirannya, apalagi pemainlah yang akan menjadi pewujud cerita naskah di atas pentas. Sebuah naskah dapat saja dipentaskan tanpa adanya penata rias, penata busana, penata lampu, penata panggung, penata musik, maupun penata artistik yang lain. Namun, akan sulit dipentaskan bila tidak ada pemain yang membawakan peranannya. Sebaliknya, pemain memerlukan naskah karena di dalam naskahlah terdapat segala sesuatu yang berhubungan dengan peran tokoh yang akan dibawakan pemain.

4.  Hubungan Naskah dengan Penata Artistik
Antara naskah dengan  penata artistik terdapat pula hubungan yang sangat erat. Penata atistik inilah yang akan menjadikan sebuah naskah yang dibawakan pemain menjadi terlihat lebih hidup. Penata artistik pun harus mendalami secara cermat naskah yang akan dipentaskan oleh kelompoknya. Dengan demikian mereka dapat menentukan bagaimana kostum para pemain yang sesuai dengan isi cerita, bagaimana make up yang dapat menunjukkan karakter tokoh, bagaimana musik dan sound effect-nya, bagaimana setting atau tata panggungnya, apa sajaproperty atau alat yang diperlukan pemain di dalam pentas, bagaimana lighting atau tata lampu yang sesuai dengan suasana, dan sebagainya.

Bedah naskah akan membuahkan hasil maksimal bila tidak hanya dilakukan pada awal kegiatan saja. Bedah naskah dapat pula dilakukan selama proses latihan berlangsung, sehingga ada kemungkinan munculnya ide-ide atau kreativitas baru yang menjadikan hasil pementasan lebih dapat dinikmati.  Pada dasarnya berlatih drama atau teater merupakan proses pencarian yang tiada henti, yang memungkinkan adanya penemuan-penemuan baru dari naskah yang dimainkan pada saat proses latihan. (Raden Kusdaryoko Tjokrosutiksno*)

Sumber : 

http://ruangimaji.wordpress.com/2011/06/14/bedah-naskah-dalam-aktivitas-teater/