Rabu, 24 Desember 2014

Kenapa dibuat Radio DeLIK FM?

Nah pasti banyak yang bertanya-tanya "Kenapa dibuat Radio DeLIK FM?" atau "Buat apa sih Radio DeLIK FM itu?"
Alasan dibuatnya Radio Streaming atau Radio internet DeLIK FM pada dasarnya adalah untuk mengakomodasi kreatifitas dan sebuah bentuk inovasi Laboratorium Seni Teater DeLIK FH UNS dalam mengikuti perkembangan di publik. Fenomena Radio Streaming atau Radio internet ini sedang booming di kalangan mahasiswa sekarang ini. Divisi Hubungan Masyarakat yang bertanggung jawab untuk mempublikasikan setiap kegiatan Laboratorium Seni Teater DeLIK FH UNS melalui berbagai media dan juga menjadi pusat informasi bagi sedulur semua melihat peluang dari kemajuan teknologi yang ada sekarang ini. Tidak hanya pemanfaatan media sosial seperti Facebook, Twitter, Blog, maupun media Youtube saja, melainkan juga memanfaatkan media informasi via Radio yang saat ini mulai berkembang dengan cara Streaming layaknya video yang diputar di Youtube.

Dengan kehadiran Radio DeLIK FM ini diharapkan segala informasi dan publikasi karya Laboratorium Seni Teater DeLIK FH UNS dapat dinikmati oleh seluruh kalangan. Hal ini dibuktikan dengan antusiasme publik dalam mendengarkan Radio DeLIK FM ini sangat besar, sehingga bukan tidak mungkin masyarakat akan lebih mengenal Laboratorium Seni Teater DeLIK FH UNS kedepannya melalui pemanfaatan beberapa media seperti yang telah disebutkan diatas.

Dengan menyuguhkan beberapa segmen yang mempunyai nama unik dan menggelitik, serta konten segmen yang banyak digemari publik Radio DeLIK FM ini diharapkan dapat menarik lebih banyak pendengar. Karya-karya dari Laboratorium Seni Teater DeLIK FH UNS dengan format audio pun seringkali diputar, dan publik menikmati karya-karya tersebut serta memberikan apresiasi tinggi bagi karya tersebut.

Mau ikut menjadi pendengar Radio DeLIK FM? Berikut kita bagi beberapa link yang bisa diakses


•Untuk mengikuti live chat atau obrolan langsung silahkan kunjungi http://teaterdelik.caster.fm
•Untuk Android silahkan download aplikasi "Klikradio" di Play Store atau silahkan kunjungi bit.ly/delikapp
•Untuk Device selain Android seperti Iphone / Smartphone / PC silahkan kunjungi bit.ly/radiodelik lalu click "listen" untuk streaming
•Untuk mengetahui waktu siaran / segmen yang sedang berlangsung silahkan kunjungi Twitter Radio DeLIK FM di @delik_fm

Masih bingung? Langsung aja click icon device di bawah radio yang ada di menu bar di sisi kanan blog ini saja sedulur (khusus untuk Android, silahkan download aplikasinya)

Berikut adalah jadwal sementara Radio DeLIK FM

Selasa, 16 Desember 2014

Review : Pentas Besar 2 Kota : Solo ( Teater Arena, TBJT Surakarta)


Yaaa beginilah ramenya Pentas Besar 2 Kota bagian kedua yang diadakan di Taman Budaya Jawa Tengah, Surakarta Kamis (4/12) kemarin. Penonton membludag hingga hampir tidak kebagian tempat duduk.

Antusiasme dan keseriusan penonton sempat beberapa kali terekam kamera, meski tak pelak juga mereka bergelak tawa karena beberapa adegan lucu yang dibawakan para pemain Naskah "BAH" dengan dialog, gestur dan mimik yang mengundang tawa.

Menurut survey yang dilakukan oleh Tim Produksi, cukup banyak penonton yang baru pertama kali menonton pentas teater, dan ketagihan nonton pentas karena Naskah "BAH" ini. "Tak hanya menghibur, tapi juga mendidik" begitu kata salah seorang penonton.

Tunggu pentas-pentas selanjutnya dari Laboratorium Seni Teater DeLIK FH UNS. Mari Berproses! Mari Berkarya!

SALAM BUDAYA!!

nb : Terima kasih untuk seluruh Tim Pementasan, Tim Produksi, Sedulur semua, Delikers, dan juga Mas-mas Mbak-mbak semua yang telah membantu sehingga Pentas Besar 2 Kota Surabaya-Solo ini dapat terselenggara dengan lancar dan sukses.

Sabtu, 13 Desember 2014

Materi : Olah Vokal

SUARA
   Penguasaan suara dalam seni acting pada dasarnya adalah penguasaan diri secara utuh, karena kedudukan suara dalam hal ini hanyalah merupakan salah satu alat ekspresi dan totalitas diri kita sebagai seorang pemain (actor). Pengertian ‘penguasaan diti secara utuh’ menuntut suatu keseimbangan seluruh aspek serta alat-alatnya, baik yang menyangkut kegiatan indrawi, perasaan, pikiran atau yang bisa disebut segi-segi dalam dari seni acting, maupun yang menyangkut segi-segi luarnya seperti tubuh dan suara. Ketimpangan akan menghasilkan ketimpangan.

Pernafasan Diafragma
Otot-otot akan berkembang dan menegang ketika kita menghisap nafas, hanya bagian inilah yang tegang. Kemudian otot-otot samping bagian punggung pun ikut pula mengembang lalu mengempis saat nafas dihembuskan kembali.
Posisi diaphragma adalah diantara rongga dada dan rongga perut. Pernafasan melalui diaphragma inilah yang dirasakan paling menguntukan dalam berolah vocal, sebab tidak mengakibatkan ketegangan pada peralatan pernafasandan peralatan suara dan juga mempunyai cukup daya untuk pembentukan volume suara. Keuntungan lain yang diperoleh adalah pada saat ita menahan nafas otot-otot diaphragma tersebut tegang, ketegangan otot ini justru melindungi bagian lemah badan kita yakni ulu hati.  Pernafasan ini sangat baik dalam usaha menghimpun “tanaga dalam” yang mengolah vibrasi, karena pernafasan diaphragma akan memudahkan kita dalam mengendalikan dan mengatur penggunaan pernapasan.
Berlatih pernapasan banyak ragam dan caranya. Latihan pernafasan bisa dilakukan dengan berbagai cara, dari cabang-cabang beladiri seperti pencak silat, karate, atau berenang sekalipun. Namun ada beberapa catatan penting yang harus dilakukan untuk tujuan pernafasan dalam pemeranan (acting), yaitu:

Latihan 1.
-     Berbaring rata di lantai dan bernapaslah pada posisi tersebut, rasakan tubuh betul-betul rileks.
-     Berbaring dilantai, rasakan daya beratnya, pusatkan pikiran kea rah telapak kaki kita, ke ujung-ujung jari, rasakan seluruh pergelangan kaki terlepas. Bayangkan seluruh nadi terisi udara, engsel-engsel lututpun terisi udara biarkanlah tulang paha kita rileks sehingga daging dan otot-otot menjadi satu dengan tulang-tulang. Bayangkan sendi-sendi pinggang dan tuang paha berisi udara sehingga seluruh tubuh tidak lagi memberatkan kaki. Biarkan otot punggung dan perut kita meleleh seperti air, biarkan punggung rileks dan tidak usah memaksakan tulang punggung menjadi rata, biarkan otot-otot seluruh tubuh dan kepala sampai rahang disamping telinga kita rileks hingga gigi kita tidak terkunci juga lidah tidaklah lengket pada bagian atas mulut, rahang menjadi seperti jatuh demikian juga dengan lidah yang tidak saling menyentuh. Biarkan wajah kita terasa berat pada tulang tulang wajah, biarkan pipi, bibir, pelupuk mata seluruhnya rileks.
-     Rasakan tubuh kita di lantai melorot rileks tariklah nafas secara penuh untuk merasakan sensasi-sensasi yang terjadi pada tubuh kita saat di lantai akibat pernapasan yang alami itu. Ulangi itu terus menerus dengan intens.
Latihan 2
-     Waspadai bahwa ditengah kediaman tubuh kita yang rileks itu akan tidak terelakan sebuah kondisi yang mudah untuk jatuh apabila nafas keluar dan masuk dari tubuh, rileks bukan berarti tidak ada control terhadap tubuh namun control sering kali membuat kita justru menjadi tegang, jadi pernafasan yang berlangsung alami adalah citra dari rileks itu sendiri.
-     Tariklah nafas secara mendalam tanpa paksaan, simpanlah tangan di pundak untuk merasakan dorongan nafas pada diaphragma.
-     Pada saat udara masuk ke dalam tubuh dan terhisap oleh mulut atau hidung, masuk ke pusat dan keluar kembali, senantiasa merasakan kehangatan udara di dalam tubuh dan dinginnya udara yang kita hisap tersebut.
-     Pada saat merasakan udara yang  masuk kedalam tubuh ksenantiasa melakukan penghayatan pada udara tersebut, rasakan rasa lega yang mendalam di dalam tubuh lalu hayatilah udara turun keperut dengan emosi yang selalu terjaga (konsentrasi).
-     Ulangi  dorongan kausalitas tersebut dengan latihan yang intensif, emosi terjaga, selalu merasakan bahwa saat latihan kita adalah bagian alam semesta ini.
-     Hal yang paling penting adalah menghindari ketegangan-ketegangan, biarkan seluruhnya bergerak secara alami dan teratur

Olah Vokal

Vokal (Suara) dan Spech (ucapan) amatlah penting di dalam sebuah pementasan sebuah drama, menurut MAURIZE ZOLOTOV merupakan bagian dari isyarat ataupun symbol, menurutnya ada kalimat Emosional untuk menyatakan perasaan dan ada pula kata-kata yang dapat digunakan sebagai senjata mencapai kekuatan.

Menurut Henning Nelms tentang Spech ada lima :
1.      Menyalurkan kata-kata Drama kepada penonton.
2.      Memberi arti-arti khusus pada kata-kata tertentu melalui odulasi suara.
3.      Memuat informasi tentang sifat dan perasaaan – pemeranan missal : Tentang umur, kedudukan social, jabatan, kegembiraan, putus asa, kemarahan.
4.      Mengendalikan perasaan penonton.
5.      Melengkapi variasi.
Tahap Pertama
Pada tahap pertama pada latihan olah vokal , hisap lah udara sebanyak-banyaknya lalu tahan, kemudian hembuskan sambil mengeluarkan suara. Ini dilakukan berulang-berulang.
Tahap Kedua.
Hisap udara melalui melalui dada salurkan ke Rongga dada hisap udara melalui perut, lalu tahan salurkan ke rongga Dada, keluarkan melalui mulut. Sebaliknya dapat dilakukan dengan sebaliknya, apabila tahap sudah dapat dilakukan bisa dilakukan dengan memainkan variasi pernapasan.
Tahap ketiga
Pada tahap ini lakukan laatihan dengan menahan napas sambil berjalan, berlari ini dilakukan berulang kali.
Tahap keempat.
Bernapas di dalam air, dengan menahan beberapa saat lalu di hembuskan dengan melalui teriakan.
Latihan Olah Vokal melalui latihan Spech (ucapan)

1.      Diksi
Ucapan, lafal, menentukan suara yang harus dipergunakan. Diksi, lagu (gaya) berata, memberi kualitas kejelasan suara dari sebuah kata yang diucapkan. Latih aga dapat membedakan dengan jelas membedakan antara huruf-huruf p dengan b, t dengan d, k dengan g.

Cobalah  :

  1. p-----   p-----   p------
pp----  pp----              pp-----
ppp--  ppp--               ppp----
pppp-   pppp-   pppp--
ppppp bbbbb ppppp

  1. b-----   b-----   b------
bb----  bb----              bb-----
bbb--  bbb--               bbb----
bbbb-   bbbb-   bbbb--
bbbbb ppppp bbbbb








(tanda garis hubung merupakan ketukan jarak)

Ulang-ulangilah latihan ini. Akan sangat efektif bila dilakukan secara rutin tiap pagi atau sore. Tidak usah lama. Cukup barang sepuluh atau lima belas menit saja.
Coba pula pada huruf-huruf yang lain dengan cara yang sama, hingga semua dapat jelas terbedakan. Gerakan bibir merupakan sesuatu yang amat penting bagi pengucapan yang jelas.  Untuk memperoleh hal itu maka gerazkan bibir sebanyak mungkin. Aktifkan gerakan bibir.
2.      Tekanan
Tekanan dicapai dengan kontras. Suatu kata dapat   diberi tekanan dengan mengubah tempo dan volumenya. Tempo sangatlah penting artinya. Tempo yang terlalu cepat hanya memberi kesan suara ribut. Saja.  Kehilangan kandungan makna yang akan disampaikan  Kebiasaan bicara cepat itu bisa dihilangkan dengan berlatih membiasakan ucapan-ucapan lambat. Mula – mula mengucapkan serentetan kata atau atau kalimat hanya dengan gerakan bibir saja, lambat tanpa bersuara. Sesudah itu dengan bersuara. Demikian berulang-ulang dilakukan.
Kata dapat diberi tekanan dengan merendahkan volume. Misalnya mengucapkan kata dengan lemah dalam saaatu kalimat yang nyaring. Belajarlah memberi tekanan pada suatu kata dengan memberi sedikit jeda sebelum dan sesudahnya.
Perubahan dalam pikiran dapat diperlihatkan dengan jeda atau dengan perubahan tiba-tia pada nada serta volumenya.
3.      Bentuk Ucapan
Suatu ucapan Panjang atau pendek umumnya membangun klimaks, maka dari permulaan dibangunlah : (1) volume, (2) intensitas emosi, (3) variasi, (4) jarak, kecepatan.
Membangun satu unsure dari keempat unsure di atas secara teknis amatlah sulit. Biasanya baik membangun dengan satu unsure, lalu beralih pada yang lain, atau membangun dalam dua atau tiga unsure sekaligus.
4.      Memuncak
Bila dua pemain atau lebih harus bersama-sama membangun satu reka-rekaan yang disebut topping, memuncak, dipergunakan, maka tiap pemain berkata pada saatu titik tinggi dalam volume, jarak, dan sebagainya dari kata terakhir pemain sebelumnya. Ini mungkin efektif. Tapi menuntut latihan, sebab pembangunan cenderung untuk meninggi begitu cepat hingga ucapan ketiga. Maka satu penanjakan agi sudah tidak mungkin.

Olah Vokal
Sebagai media  ucap dalam berakting, melatih organ suara merupakan hal yang paling pokok. Bagaimana produksi suara kita, dilokalisir dengan baik sesuai dengan kebutuhan peran. Jika actor tekun melatih perangkat suaranya lewat latihan yang benar dan teratur, dia akan lebih mudah dalam memainkan perannya.
(Eka Gandra, Bagi Masa Depan Teater)
Kemampuan Vokal bagi seorang actor adalah syarat utama agar bisa memainkan peran dengan baik. Dengan laku vocal, pemeran dituntut untuk dapat menjadi perwujudan watak-watak yang nyata.
Vokal sebagai salah satu media pengungkapan ekspresi actor, merupakan media penyampai informasi melalui dialog. Informasi tentang alur cerita, setting peristiwa, karakter tokoh, emosi, kondisi, usia tokoh dan lainnya. Dan hendaknya tersampaikan secara jelas melalui keterampilan pemeran dalam menyampaikan dialog.
Pencapaian dalam materi ini adalah menciptakan actor dengan perangkat vokalnya yang efektif dan elastis sehingga mampu menyesuaikan takaran volume suaranya dengan kondisi apapun. Ia juga mampu menampilkan variasi-variasi suara dengan baik seolah berbicara seperti kebiasaan sehari-hari, tetapi tanpa kehilangan kesan teaterikal.
Melalui vocal seorang actor harus mampu menggali kedalaman karakter tokoh dan nuansa dramatic shingga mampu menggugah imajinasi dan empatik penonton.
Dalam olah vocal, teknik pernapasan adalah sesuatu yang penting karena merupakan sumber tenaga penggerak atau penggetar pita suara kita. Latihan pernafasan kita menjadi stabil dan efektif dalam menunjang pembentukan suara.
(Eka Gandra, Bagi Masa Depan Teater)
Dilakukan dengan sikap berdiri, duduk atau tidur terlentang. Lemaskan badan selemas-lemasnya, setelah betul-betul lemas aturlah nafas seenak mungkin. Tarik nafas perlahan sekali (lima detik) lalu tahan => himpun nafas pada diaphragma dalam tempo yang sama dengan waktu menarik nafas => hembuskan perlahan sama seperti menarik nafas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang sama dengan menarik nafas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang tetap sama => kemudian tarik dan seterusnya berulang-ulang. Latihan ini hendaknya dilakukan setiap hari, semakin lama tempo hitungan diperlambat sesuai dengan kemampuan yang dicapai.
Berlatih dengan menyuarakan a, i, u, e, o pada saat menghembuskan nafas. Pada latihan pertama biarlah dulu pada nada yang tetap kemudian coba dalam nada-nada yang lain, yang lebih rendah atau lebih tinggi. Usahakan agar setiap nafas yang keluar benar –benar memproduksi suara sehingga tidak “over”. Agar ada variasi dan tidak membosankan, gerakan tubuh anda seperti seorang pesilat dengan gerakan dasar yang mudah saja.
Pengucapan
Untuk dapat  berartikulasi dengan baik, dibutuhkan kelenturan alat-alat pengucapan. Artikulasi yang baik, akan dapat dicapai dengan menempatkan posisi yang wajar tetapi dengan penggunaan tenaga efektif dan terkontrol.
Alat-alat tersebut antara lain:
Ø      Bibir
Sangat berperan dalam membentuk huruf-huruf hiduo dan huruf  M-B-P. Latihan dengan membentuk mulut dengan ruang gerak yang maksimal, otot bibir berulang membentuk bunyi U-A-U-I-U-A-O-E. Pada saat menyuarakan huruf u bibir dibentuk mengkerucut tarik semaksimal mungkin kedepan. Pada bentuk O, bibir membuat bulatan dan jangan lupa tarik bibir kearah depan tetap diperhatikan. Pada bunyi A, bibir seolah pada posisi menguap membentuk lonjong maksimal. Pada bentuk bunyi I, bibir seolah ditarik pipi ke samping sehingga mulut nampak pipih. Lakukan latihan ini berulang-ulang mulai dengan tempo membentuk lambing-lambang bunyi, percepatan temponya semakin cepat dan cepat lagi. Lakukan latihan dengan menyuarakan gabungan huruf mati dengan huruf diatas, menjadi MU-BA-PU-MI-BU-PA-MO-BE berulang-ulang dari lambat ke sedang dan cepat. Lakukan dengan diiringi latihan dan pernapasan.
Ø      Lidah
Lidah sangat berperan dalam membentuk bunyi huruf-huruf mati seperti         C-D-L-N-R-S-T dan lainnya. Lidah yang lincah akan dapat menentukan pembentukan lafal yang baik, tepat dan jelas. Latihan-latihan dimaksud untuk mencapai tingkat kelenturan sehingga lidah tidak saja lemas dan lincah tetapi juga mempunyai kemampuan seseorang yang mengalami kesulitan dalam membentuk bunyi R dan T. Latihan lidah:
-         Menjulurkan dan menaril lidah berulang-ulang
-         Menjulurkan dan menarik ke atas => bawah, samping kanan => kiri dan kemudian menjulurkannya untuk membuat gerakan berupa lingkaran.
-         Tempelkan ujung pada gigi seriates lalu dorong lidah keluar, tempelkan ujung lidah pada gigi serri bawah lalu doronglah lidah  keluar, lakukan berulang-ulang.
-         Tutup mulut lalu bunyikan Bberrrrrrrrrrrrrrr, Trerrrrrrrrrrrr.

Ø      Rahang
Membantu pembentukan rongga mulut.
Lakukan latihan-latihan seperti ini:
-         Tutup dan buka mulut selebar mungkin, berulang-ulang.
-         Doronglah rahang bawah ke muka lalu buka ke bawah lalu tarik kea rah dalam/ leher lalu tutup mulut, rahang rapat, dorong ke muka kembali dan lakukan seterusnya berulang-ulang semakin cepat.
-         Gerakan rahang bawah ke kanan dan kiri.
-         Buat lingkaran dengan rahang arah bergantian ke kanan dan ke kiri.
-         Ucapkan dalam satu helaan nafas hitung berapa pengulangan bunyi:                                                wawawawawawawawa, yayayayayayayayayaya

Ø      Langit-langit
Terdiri dari langit-langit keras dan langit-langit lunak, merupakan bagian penting dalam pembentukan suara maupun pengucapan. Selain itu, langit-langit  berperan juga sebagai dinding resonator pada rongga mulut. Latihan:
-         Tutup mulut berbuatlah seakan-akan anda sedang berkumur, buka rahang bawah tetapi bibir tetap rapat, tekan langit-langit ke atas dank ke bawah pula.
-         Tutup mulut dalam keadaan rapat, kemudian lakukan seolah anda mengucapkan bunyi M, B, K, N, NG, D, dan lainnya. Saat melakukan ini dapat dirasakan langit-langit bergerak ke atas dan ke bawah.Setelah seluruhnya peralatan pernapasan dan peralatan pengucapan kita latih dengan baik, barulah kita mencoba dengan membaca dialog. Bacalah dengan volume yang sedang dan rasakann pula dorongan nafas diaphragma, arahkan pembentukan suara ke resonator yang dirasakan paling tepat. Misalnya ke rongga resonator dada, mulut atau hidung.
Pembentukan Suara
Nafas yang keluar melalui Trachea sesampainya pada larynx akan menggetarkan pita suara, dank arena getaran itu timbulah suara. Namun demikian suara tersebut baru akan terdengar baik bilamana terlah beresonansi pada salah satu resonator, baik rongga mulut, rongga hidung atau rongga dada. Misalnya, kalau bentuk rongga mulut bulat maka suara yang diproduksinya akan bulat pula, tetapi kalau rongga mulut ditarik melebar kesamping maka suara yang diproduksi akan terdengar ‘cempreng’. Seorang actor harus lebih menekankan pemberian karakter pada suaranya. Mengolah texture dan warna suara yang sesuai dengan peran yang dimainkannya.
Seorang actor juga harus bisa mengolah beberapa warna vocal sesuai tuntutan scenario, seperti:
-   Menaikkan dan menurunkan volume suara.
-   Meninggikan dan merendahkan frekwensi nada bicara.
-   Mengatur atau mengolah tempo pengucapan.
-   Mengatur atau mengolah warna dan texture suara.

Latihan 1:
-   Tariklah nafas dan keluarkan seperti angina.
-   Tariklah nafas dan keluarkan seperti suara angina itu sendiri,  rasakan efek nafas tersebut pada langit-langit atas mulut, lidah dan pembentukannya.
-   Tariklah nafas dan keluarkan dengan suara seperti seolah sedang berbisik, rasakan bagaimana kandungan nafas dan suara yang keluar.
-   Tariklah nafas dan keluarkan dengan teks dan seolah suara itu menyerupai angina.
-   Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens.

Latihan 2 :
-   Tariklah napas dan keluarkan seperti suara binatang berkaki empat (bayangkan harimau, ajah, anjing, kucing dan lain sebainya).
-   Tariklah nafas dan keluarkan seperti suara jenis unggas (bayangkan menjadi burung, ayam, bebek, dan lain sebagainya).
-   Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens.
Latihan 3 :
-   Cobalah kata-kata apa saja dari mulut.
-   Cobalah berdialog improvisasi aa saja keluar dari mulut.
-   Cobalah baca beberapa teks lakukan dengan alami dan bertahap lewat vibrasi yang volumenya di tambah.
-   Lakukan observasi suara manusia dan tirulah laku perannya (how old I am:  rasakan sensasi-sensasi usia yang ditiru pada teknik suara).
-   Cobalah acting dengan teks.
-   Hindari ketegangan-ketegangan.

Berikut ini catatan-catatan yang dibuat oleh Frans Marajinen dari “Institut des Arts Spectaculaires” (INSAS) di Brussell selama kursus yang diadakan oleh Jerzy Grotowsky dan sahabatnya, Ryszard Cieslak, pada tahun 1966.
Dengan membandingkan latihan-latihan tahun 1959-1962, memang ada perubahan yang dapat dicatat yakni dalam orientasi dan objek latihan yang merupakan hasil kerja beberapa tahun sebelumnya.
Dalam pengantarnya, Grotowsky menjelaskan bahwa hubungan antar penonton dan actor adalah penting. Dengan dasar pemikiran ini, dia memulai pelajaranya dengan semboyan: “Inti teater adalah actor, perbuatan-perbuatannya, dan apa yang dapat ia capai”. Skema pelajarannya dan pelbagai macam latihan adalah didasari atas pengalaman secara metodik menuju kepada teknik-teknik actor dan kehadirannya secara fisik di atas panggung.


 
Latihan-latihan Vokal
Untuk memulainya, Grotowski membuat beberapa tanda tentang sikap yang disesuaikan dengan kerja seseorang. Ia minta keterangan yang mutlak kepada siapa saja yang hadir dalam ruangan, baik actor maupun penonton. Ketawa haruslah ditahan pada bagian permulaan latihan nampak seperti permainan sirkus. Mereka yang tidak biasa dengan metode tersebut hendaknya menerima impresi ini, tapi secepatnya orang akan memahami apabila ia telah menghadiri beberapa latihan dan melihat hasil yang dicapai. Penonton dalam hal ini adalah mereka yang tidak ambil bagian aktif dalam latihan, dan mereka harus “tidak terlihat dan tidak terdengar” oleh murid-murid.

Stimulasi atas Suara
Setiap actor memilih teks dan ia bebas untuk membacanya, menyanyikannya atau bahkan dengan teks itu ia boleh berteriak.
Latihan ini dilakukan secara serempak. Sementara itu Grotowski berjalan keliling diantara mereka, sekali-sekali meraba dada, punggung, kepala atau perut si murid ketika ketika ia sedang membaca. Tidak satu bagianpun yang terlewat dari perhatian Grotowski.
Setelah latihan ini selesai, dia menununjuk empat orang. Yang lain kembali ketempat duduknya masing-masing untuk melihat perkembangan teman-temannya. Mereka tidak boleh bersuara.
Grotowski menempatkan satu orang di tengah-tengah. Aktor membaca semuanya dengan suara yang secara berangsur-angsur ditambah volumenya. Kata-kata disuarakan kembali dengan mantap, langit-langit seakan-akan tengkorak bagian depanlah yang sedang berbicara. Kepala jangan terkulai kebelakang sehingga menyebabkan laring tertutup. Melalui echo langit-langit menjadi kawann berdialog yang akan mengambil bentuk pertanyaan maupun jawaban (selama latihan Grotowski memimpin murid-muridnya dengan aba-aba tangan, mengelilingi ruangan). Selanjutnya, dimulailah percakapan dengan tembok, juga secara improvisasi. Di sinilah bukti bahwa echo adalah jawaban. Seluruh badan merespon terhadap echo . Suara asli masuk dan keluar melalui dada.
Kemudian suara ditempatkan di perut. Dalam acara ini percakapan dilangsungkan dengan lantai. Kedudukan badan: “seperti seekor sapi gemuk”

Catatan: Grotowski menekankan bahwa selama latihan pikiran harus dikosongkan. Murid-murid membaca teks tanpa berpikir dan tanpa pause. Grotowski akan menyetop setiap kali ia melihat ada murid sedang berpikir dalam latihan.

Suara latihan diperlihatkan, secara berurutan:
1.   Suara kepala (menghadap kelangit-langit).
2.   Suara Mulut (seakan berbicara pada udara di hadapannya)
3.   Suara occipital (menghadap langit-langit tepat di atas actor).
4.   Suara dada (diproyeksi di depan actor)
5.   Suara perut (menghadap kelantai)
Suara keluar dari kedua belah bahu(menghadap langit-langit tepat diatas actor);  the small of the back (menghadap ke dinding di samping actor); bagian lumbar (menghadap kelantai, dinding dan ruang disampingnya)
Grotowski tidak membiarkan actor beristirahat sebentarpun. Ketika actor sedang membaca, ia berkeliling  membaca stimulasi dan “mremas” bagian tertentu badan murid, sehingga melepaskan impuls-impuls yang terbawa oleh suara.
Ritme latihan sangan cepat. Seluruh tubuh harus diikutsertakan walau hanya untuk latihan vocal saja. Suatu latihan  relaxation terdiri dari improvisasi percakapan dengan tembok, sepenuhnya bebas dari tensi. Murid harus secara tetap menyadari bahwa echo harus selalu ditangkap.
Sungguh menakjubkan bagaimana Cieslak pemain utama dan teman dekat Grotowski selalu memberikan contoh dan melihat banyak latihan serta mengikuti perkembangan murid-murid dengan penuh latihan.

Latihan “Macan”
Latihan ini untuk membuat si actor secara penuh tampil dan dalam waktu yang bersamaan, menyusun suara parau dalam acting.
Grotowski ikut serta  dalam latihan ini. Ia memainkan seekor macan yang sedang menyerang mangsanya. Murid-murid (mangsanya) bereaksi, meraung seperti macan.
Itu bukanlah sekedar meraung. Suaranya haruslah didasarkan pada teks, dan mempertahankan terus seperti itu adalah penting sekali dalam latihan ini.
Grotowski : “Sini, lebih dekat …teks…teriak… saya adalah seekor macan, bukan kau…. Saya akan menelan kau….”
Dalam hal ini ia mendorong murid-murid untuk memasuki permainan secara penuh. Sungguh hebat bagaimana murid-muridnya kemudian mengikuti latihan ini. Sekarang semua perasaan malu-malu menjadi lenyap. Kekurangannya hanyalah karena belum terbiasa dengan teks, dan memang dalam improvisasi, kata-kata tidak timbul secara mudah.
Tiba-tiba Grotowski menginterupsilatihan (tidak disadari beberapa murid dalam hal ini menunjukan bahwa mereka benar-benar secara total adalah jelas dimaksudkan untuk “mengistirahatkan” organ-organ suara. Grotowski menganggap bahwa “vocal relaxation” adalah sangat penting , terutama bagi mereka yang berlatih untuk pertama kalinya. Organ-organ ini suara belum terbiasa digunakan dengan cara iin. Cara pendidikan Grotowski yang keras nampak dalam kenyataannya bahwa murid-murid mengalami kesulitan menahan latihan. Mereka tidak memperhatikan penonton yang mana hal itu merupakan suatu yang luar biasa dalam keseluruhan proses latihan.

Latihan “King-Kong”
Inti dari latihan ini adalah mengulang-ulang ucapan kata “King” pada nada yang sangat tinggi dan tempo yang sangt cepat, dengan seluruh rentetan variasi dari nada rendah ke nada tinggi.
Akhirnya suara ke luar dari occiput yang sementara adalah Grotowski  memperoleh hasil yang luar biasa dengan improvisasi kata ini pada nada yang lebih tinggi. Setelah kira-kira lima menit, atas petunjuk Grotowski, murid-murid mencapai skala vocal yang tinggi dan nampak bagi mereka sebagai sesuatu yang baru. Kami mendapatkan keadaan itu karena banyak wajah-wajah murid yang nampak surprise.

Latihan “La-La”
Latihan dimulai dengan berjalan keliling serta menyanyikan “la-la” kemudian Grotowski merebahkan diri, terlentang diri, terlentang di atas lantai. Lalu “la-la” di ulang dengan menghadap ke langit-langit, dinding dan lantai sebagai alternatip suara kepala, perut dan dada.
Grotowski berpesan agar mereka melonggarkan perut dan mendorong resonator yang terletak di perut.
Setelah latihan ini, murid-murid tetap terlentang di atas lantai untuk beberapa saat, istirahat secara penuh.
(Catatan: Hasilnya sunggu luar biasa. Bahkan setelah pelajaran pertama suara murid-murid bisa mencapai intonasi yang sebelumnya tidak pernah mereka sangka dapat mereka miliki).
Grotowski memulai lagi dengan serangkaian latihan-latihan sama seperti yang diberikan kepada murid yang pertama.
1.      Simulasi vocal keluar dari resonator-resonator yang berbeda
2.      Suara kepala (menghadap kelangit-langit).
3.      Suara Mulut (seakan berbicara pada udara di hadapannya)
4.      Suara occipital (menghadap langit-langit tepat di atas actor).
5.      Suara dada (diproyeksi di depan actor)
6.      Suara perut (menghadap kelantai
Suara-suara yang keluar dari:
a. sepasang bahu (menghadap kelangit-langit di samping actor)
b. the small of the back (menghadap dinding disamping actor)
c. the lumber region (menghadap lantai, dinding dan ruangan di sampingnya)

Latihan Berikutnya
Meong kucing dengan daya penyampaian yang paling luas dari:
a.  Intonasi
b. nuanasa-nuansa
c. pitch
Tiba – tiba grotowski kembali kepembicaraan teks secara normal/ biasa



 
Macan
Ekspresi suara dalam bentuk  ruangan macan. Ada tanda-tanda kemajuan yang nampak kalau dibandingkan dengan yang sebelumnya. Latihan vocal sekarang dibarengi dengan gerak mengendap-endap, jumpalitan dan mencakar-cakar. Grotowski tidak ragu-ragu mempelajari dari pengalaman tentang kebutuhan murid-murid sehingga memungkinkan penyerahan diri mereka secara penuh dalam latihan.



DAFTAR PUSTAKA

Hamzah Adjib A., Pengantar Bermain Drama, CV Rosda, Bandung.
Noer C. Arifin, Teater Tanpa Masa Silam, DKJ, Jakarta, 2005.
Iman Sholeh & Rik Rik El Saptaria, Module Workshop Keaktoran Festamasio 3, TGM, Yogyakarta, 2005.

 Sumber : materiteater.blogspot.com

Materi : Olah Rasa (Jiwa)

Jiwa

Proses pertama transformasi atau penjiwaan terhdap peran, adalah memberi focus kepada energi yang sudah dimiliki oleh si actor. Dia harus mengendalikan dirinya menuju satu tujuan tertentu. Usaha memfokuskan energi itu adalah usaha menyerahkan diri sepenuhnya kepada aksi dramatis sesuai tuntutan naskah, dimana ia mampu menentukan pilihan-pilihan aksi selaras dengan keyakinannya terhadap tokohnya.

Konsentrasi

Pengertian : konsentrasi secara harfiah berarti memfokus, sehingga dalam konsentrasi, kepekaan si actor dapat mengalir bebas menuju satu titik atau bentuk tertentu.

Persiapan seorang actor
Seorang actor harus punya pusat perhatian (konsentrasi) dan bahwa pusat ini seyogyanya tidak berada di tengah tempat latihan. Makin menarik pusat perhatian, makin sanggup ia memusatkan perhatian.
Jelas sekali sebelum anda sanggup menetapkan titik perhatian yang sedang dan yang jauh, terlebih dahulu anda harus belajar bagaimana caranya memandang dan melihat benda-benda di area set.
Aktor yang berada di area set, menghayati suatu kehidupa yang sejati atau imajiner.

Kehidupan abstrak ini perhatian dalam diri kita. Tapi ia tidak mudah untuk dimanfaatkan, karena ia sangat rapuh. Seorang actor harus juga seorang pengamat, bukan saja dalam memainkan peran di atas pentas atau sebuah film, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan keseluruhan dirinya ia harus memusatkan pikirannya pada segala yang menarik perhatiannya . Ia harus memandang sebuah objek, bukan lain, tapi betul-betul dengan mata yang tajam. Jika tidak, maka seluruh metode kreatifnya akan ternyata mengembang dan tidak punya hubungan dengan kehidupan. Umumnya orang tidak tahu bagaimana caranya mengamati tarikna wajah, sorotan mata seseorang dan nada suara untuk dapat memahami pikiran lawan bicara mereka. Mereka tidak bisa secara aktif memahami kebenaran kehidupan secara kompleks dan juga tidak sanggup mendengar kan sedemikian rupa, hingga mereka dapat memahami apa yang mereka dengar.

Jika mereka dapat melakukan ini, kehidupan ini akan jauh lebih baik, lebih mudah dan kerja kreatif mereka akan lebih kaya, lebih halus dan lebih dalam.
Tapi kita tidak bisa memaksakan pada seseorang sesuatu yang tidak dimilikinya, hanya daya yang dimilikinya saja yang bisa ia kembangkan.

Bagaimana cara untuk mencapai ini?
Pertama, actor harus belajar melihat, menyimak dan mendengarkan sesuatu yang indah. Kebiasaan itu akan mencerdaskan jiwa mereka dan melahirkan perasaan yang akan meninggalkan jejak-jejak yang dalam pada ingatan emosi mereka.
Ambil sekuntum bunga kecil atau selembar kelopak bunga dan cobalah utarakan dengan katapkata tentang seluk beluk, tekstur, warna dan sifat-sifatnya secara detail. Setelah melalui proses kreatif ini, lalu anda mulai menelaah bahan emosional yang hidup yang paling diperlukan dan dijadikan landasan bagi kreativitas selanjutnya.

Kesan-kesan yang diperoleh dari hubungan langsung dan pribadi dengan orang lainnya. Hubungan ini dapat diperoleh hanya kontak batin. Begitu banyak pengalaman batin ini yang tidak bisa dilihat secara inderawi oleh mata, hanya terbayang dalam tarikan wajah, mata, suara dan cara kita bicara dan menggerakan tangan. Tapi sungguhpun begitu, bukanlah hal yang mudah untuk menangkap apa yang terkandung dalam diri orang lain, Karena biasanya orang tidak selalu membukakan pintu hatinya dan membiarkan kita melihat mereka dan baimana mereka sebenarnya. Makna-makna seperti itu melekat pada pola perilaku yang mengenali dan mampu memanfaatkan aspek perilaku ini secaraefektif. Seorang actor dituntut untuk dapat memerankan setiap kegiatan disetiap situasi. Tiap karakterpun harus terindividualisasikan dengan hal yang berkenaan pada perilaku. Sebagai tambahan, tiap karakter yang diperankan seharusnya mempunyai perilaku yang umum seperti yang ada di tengah masyarakat.
Perilaku luar sebuah rancangan harus ditempatkan semata-mata melalui bagian luar karakternyasaja dari harus memiliki arti yang mendalam.
Terakhir, actor harus bisa mengontrol kecenderungan bahasa non – verbalnya yang mungkin saja tidak cocok dengan karakter yang diperankannya.

Observasi dan Empati

Observasi atau mengamati berarti tanggap akan hal apa saja yang terjadi dalam kehidupan. Tentang masyarakat, tempat, objek dan segala situasi yang menambah kedalaman tingkat kepekaan seorang actor. Ketika mengamati orang-orang actor seharusnya membuat catatan-catatan ini bisa menjadi dasar karakter yang akan ditemukannyadimasa dating. Ini dapat membantu saat dibutuhkan untuk menciptakan sebuah karakter lengkap dalam sebuah struktur permainan.
Sekali sebuah karakter mendarah daging dalam diri sang actor, hubungan langsunga dapat terjadi antara actor dan penonton. Penonton merasakan apa yang diperankan oleh sang actor. Sebagai contoh, saat seorang teman kehilangan seseorang yang dicintainya, respon empatinya adalah kita ikut merasakan penderitaannya.
Kekuatan suskes dari pengamatan (observasi) adalah gabungan antara empati dan perhatian intelektual. Ini artinya seorang actor harus mengembangkan sesitifitas pada indera: melihat, menyentuh, mencium, mendengar, dan merasakan.
Mengenal dan mengingat suatu perasan dalam aktifitas keseharian adalah sangat penting. Untuk mengamati secara benar seseorang harus dapat meraksan dan mengkatagorikan inderanya. Jadi, indera (senses), perasaan (feelings), dan pengamatan (observation) bergabung menjadi suatu mata rantai sebagai alat pembentuk sebuah karakter. Seorang actor harus menggunakan kekuatan observasi untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mempelajari karakter manusia dalam berjalan, gesture, berbicara dan duduk yang nantinya dapat ditiru saat berada di atas panggung.U
2.      ntuk menstimulasi kreatifitas imajinasi.
3.      Untuk menggabungkan  beberapa kualita yang dapat dipelajari saat mengamati bintang. Keanggunan seekor kucing adalah salah satu contoh dari karakter binatang.


DAFTAR PUSTAKA

Hamzah Adjib A., Pengantar Bermain Drama, CV Rosda, Bandung.
Noer C. Arifin, Teater Tanpa Masa Silam, DKJ, Jakarta, 2005.
Iman Sholeh & Rik Rik El Saptaria, Module Workshop Keaktoran Festamasio 3, TGM, Yogyakarta, 2005.


Sumber : materiteater.blogspot.com

Perbedaan Drama denganTeater

Yak Sedulur sekarang kita akan membahas apa perbedaan Teater dengan Drama, mungkin beberapa dari kita belum mengerti tentang perbedaan keduanya, nah di artikel ini admin akan sedikit mengupas tentang perbedaan keduanya, tancaaaaappp....


PENGERTIAN

Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan.

ARTI DRAMA
Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axciting), dan ketegangan pada para pendengar.
Arti kedua, menurut Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).
Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan  kehendak dengan action.
Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat manusia dengan gerak.
Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience).

ARTI TEATER
Ada yang mengartikan sebagai “gedung pertunjukan”, ada yang mengartikan sebagai “panggung” (stage). Secara Etimologi (asal kata), Teater Adalah Gedung Pertunjukan (auditorium).
Dalam arti luas Teater adalah kisah hidup dah kehidupan manusia yang dipertunjukan di depan orang banyak. Misalnya Wayang Orang, Ludruk, Lenong, Reog, Sulapan.
Dalam arti sempit Teater adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan dalam pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media, gerak, percakapan dan laku, dengan atau tanpa dekor (layer); Didasarkan pada naskah yang tertulis (hasil seni sastra) dengan atau tanpa musik.

APA PERBEDAAN DRAMA DENGAN TEATER

Teater dan drama, memiliki arti yang sama, tapi berbeda uangkapannya.Teater berasal dari kata yunani kuno "theatron" yang secara harfiah berarti gedung/tempat pertunjukan. Dengan demikian maka kata teater selalu mengandung arti pertunjukan/tontonan. Drama juga dari kata yunanai 'dran' yang berarti berbuat, berlaku atau beracting. Drama cenderung memiliki pengertian ke seni sastra. Didalam seni sastra, drama setaraf denagn jenis puisi, prosa/esai. Drama juga berarti suatu kejadian atau peristiwa tentang manusia. Apalagi peristiwa atau cerita tentang manusia kemudian diangkat kesuatu pentas sebagai suatau bentuk pertunjukan maka menjadi suatu peristiwa Teater. Kesimpulan teater tercipta karena adanya drama.


DAFTAR PUSTAKA

Hamzah Adjib A., Pengantar Bermain Drama, CV Rosda, Bandung.
Noer C. Arifin, Teater Tanpa Masa Silam, DKJ, Jakarta, 2005.
Iman Sholeh & Rik Rik El Saptaria, Module Workshop Keaktoran Festamasio 3, TGM, Yogyakarta, 2005.



Sumber : materiteater.blogspot.com


Selasa, 02 Desember 2014

Teater DeLIK dan Inul Vizta The Park Solo : Hari Aids Sedunia 1 Desember 2014



Dalam rangka memperingati Hari Aids Sedunia 1 Desember 2014, Laboratorium Seni Teater DeLIK FH UNS bersama Inul Vizta The Park Solo mengadakan happening art di area Alun-alun Kidul Surakarta dan juga di lobby Inul Vizta The Park Solo. Dalam acara ini Laboratorium Seni Teater DeLIK FH UNS mementaskan teatrikal yang bercerita tentang seorang penderita AIDS yang merasa dirinya dijauhi oleh orang lain karena penyakitnya, anggapan inilah yang selama ini berkembang di masyarakat kita. Padahal sebenarnya para penderita AIDS bukanlah seseorang yang harus dijauhi, apalagi dikucilkan di dalam lingkungannya. Justru penderita AIDS tersebut membutuhkan support dari masyarakat.

JAUHI VIRUSNYA, BUKAN ORANGNYA!